Pengertian kegelisahan
Kegelisahan merupakan penyakit jiwa yang paling sering
terjadi di masyarakat, bahkan jumlah orang yang rutin melakukan pemeriksaan
jiwa dan saraf, serta mereka yang mengalami problem-problem psikologis—terutama
kegelisahan—terus bertambah. Hal ini ditegaskan oleh penelitian-penelitian yang
dilakukan di Amerika dan Inggris. Badan statistik di Amerika mengungkapkan
bahwa 85% orang yang sakit jiwa terkena kegelisahan. Secara umum kegelisahan
terjadi pada anak-anak kecil, atau pada masa-masa puber dan awal-awal menginjak
dewasa, atau pada orang-orang yang sudah lanjut usia, atau juga pada sebagian
besar siswa dan pelajar.
Kegelisahan tidak lain adalah reaksi natural psikologis dan
phisiologis akibat ketegangan saraf dan kondisi-kondisi kritis atau tidak
menyenangkan. Pada masing-masing orang terdapat reaksi yang berbeda dengan yang
lain, tergantung faktor-faktornya, dan itu wajar. Adapun bahwa manusia selalu
merasa gelisah hingga membuatnya mengeluarkan keringat dingin, jantungnya
berdetak sangat kencang, tekanan darahnya naik pada kondisi apa pun; maka ini
sebenarnya sudah melewati batas rasional.
Sebenarnya terdapat “kegelisahan” yang dibutuhkan untuk
menumbuhkan semangat dalam menghadapi tantangan, untuk menjaga keseimbangan
dinamika internal atau untuk meneguhkan diri, bahkan untuk menggapai ketenangan
jiwa—yang merupakan tujuan setiap manusia—dan untuk meraih kesuksesan dalam
mengarungi kehidupan.
Sedangkan “kegelisahan negatif” (al-qalq as-salabĂ®y) adalah
kegelisahan yang berlebih-lebihan, atau yang melewati batas, yaitu kegelisahan
yang berhenti pada titik merasakan kelemahan, di mana orang yang mengalaminya
sama sekali tidak bisa melakukan perubahan positif atau langkah-langkah konkret
untuk berubah atau mencapai tujuan yang diinginkan, yaitu kegelisahan dalam
‘menanti-nanti’ sesuatu yang tidak jelas atau tidak ada.
“Kegelisahan positif” merupakan dasar kehidupan atau sebagai
kesadaran yang dapat menjadi spirit dalam memecahkan banyak permasalahan, atau
sebagai tanda peringatan, kehati-hatian dan kewaspadaan terhadap bahaya-bahaya
atau hal-hal yang datang secara tiba-tiba dan tak terduga.Pada setiap wanita,
baik yang bahagia maupun yang tidak bahagia, apabila dirinya jadi hamil pasti
akan dihinggapi campuran perasaan, yaitu rasa kuat dan berani menanggung segala
cobaan, dan rasa-rasa lemah hati, takut, ngeri; rasa cinta dan benci;
keragu-raguan dan kepastian; kegelisahan dan rasa tenang bahagia; harapan penuh kabahagiaan dan
kecemasan, yang semuanya menjadi semakin intensif pada saat mendekati masa
kelahiran bayinya.
Apakah yang menjadi penyabab semua kegelisahan dan ketakutan
ini?
Sebab-sebabnya antara lain adalah sebagai berikut:
- Takut mati
- Trauma kelahiran
- Perasaan bersalah/berdosa
- Ketakutan riil
- Takut mati
Sekalipun peristiwa kelahiran itu
adalah satu fenomena fisiologis yang normal, namun hal tersebut tidak kalis
dari resiko dan bahaya kematian. Bahkan pada proses yang normal sekalipun
senantiasa disertai perdarahan dan kesakitan hebat peristiwa inilah yang
menimbulkan ketakutan-ketakutan khususnya takut mati baik kematian dirinya
sendiri maupun anak bayi yang akan dilahirkan. Inilah penyabab pertama.
Pada saat sekarang perasaan takut
mati itu tidak perlu ada atau tidak perlu dilebih-lebihkan, berkat adanya
metode-metode yang efektif untuk mengatasi macam-macam bahaya pada proses
kelahiran. Dan berkat adanya kemajuan ilmu kebidanan serta pembedahan untuk
mengatasi anormali-anormali anatomi anatomis.
- Trauma kelahiran
Berkaitan dengan perasaan takut
mati yang ada pada wanita pada saat melahirkan bayinya, adapula ketakutan lahir
(takut dilahirkan di dunia ini)pada anak bayi, yang kita kenal sebagai “trauma
kelahiran”. Trauma kelahiran ini berupa ketakutan kan berpisahnya bayi dari rahim ibunya.
Yaitu merupakan ketakutan “hipotesis” untuk dilahirkan di dunia, dan takut
terpisah dari ibunya.
Ketakutan berpisah ini ada kalanya
menghinggapi seorang ibu yang merasa amat takut kalau-kalau bayinya bayinya
akan terpisah dengan dirinya. Seolah-olah ibu tersebut menjadi tidak mampu
menjamin keselamatan bayinya. Trauma genetal tadi tampak dalam bentuk ketakutan
untuk melahirkan bayinya.
Analog dengan ketakutan semacam ini
adalah bentuk gangguan seksual yang neurotis sifatnya, yaitu; ketakutan kehilangan
spermanya pada diri laki-laki; atau berpisah dengan spermanya sendiri, karena
ia terlalu “kikir” da selalu mau berhemat, yang disebut dengan ejaculation
tarda. Kaum pria yang menderita ejaculation tarda pada umumnya dihinggapi
ketakutan-ketakutan obsesif untuk membuang atau menghamburan spermanya
dimanapun.
- Perasaan bersalah/berdoa
Sebab lain yang menimbulkan
ketakutan akan kematian pada proses melahirkan bayinya ialah:
Perasaan bersalah atau berdosa
terhadap ibunya.
Pada setiap fase perkembangan
menuju pada feminitas sejati, yaitu sejak masa kanak-kanak, masa gadis cilik,
periode pubertas, sampai pada usia adolesensi, selau saja gadis yang
bersangkutan diliputi emosi-emosi cinta-kasih pada ibu yang kadangkala juga
diikuti rasa kebencian, iri hati dan dendam; bahkan juga disertai keinginan
untuk membunuh adik-adik atau saudara sekandungnya yang dinanggap sebagi
saingannya. Peristiwa “ingin membunuh” itu kelak kemudian hari diubah menjadi
hasrat untuk memusnahkan janin atau bayinya sendiri, sehingga berlangsung
keguguran kandungannya.
Dalam semua aktivitas
reproduksinya, wanita itu bsnysk melakukan identifikasi terhadap ibunya. Jika
identifikasi ini menjadi salah bentuk, dan wanita tadi banyak mengembangkan
mekanisme rasa-rasa bersalah dan rasa berdosa terhadap ibunya, maka peristiwa
tadi membuat dirinya menjadi tidak mampu berfungsi sebagai ibu yang bahagia;
sebab selalu saja ia dibebani atau dikejar-kejar oleh rasa berdosa.
Perasaan berdosa terhadap ibu ini
erat hubungannya dengan ketakutan akan mati pada saat wanita tersebut
melahirkan bayinya. Oleh karena itu kita jumpai adat kebiasaan sejak zaman
dahulu sampai masa sekarang berupa:
·
Orang lebih suka dan merasa lebih mantap kalu
ibunya (nenek sang bayi) menunggui dikala ia melahirkan bayinya.
·
Maka menjadi sangat pentinglah kehadiran ibu
tersebut pada saat anaknya melahirkan oroknya.
4. Ketakutan riil:
Pada saat wanita hamil, ketkutan
untuk melahirkan bayinya itu saat bisa diperkuat oleh sebab-sebab konkret
lainya. Misalnya:
a. Takut kalau-kalau bayinya akan
lahir cacad, atau lahir dalam kondisi yang patologis;
b. Takut kalau bayinya akan
bernasib buruk disebabkan oleh dosa-dosa ibu itu sendiri di masa silam.
c. Takut kalau beban hidupnya akan
hidupnya akan menjadi semakin berat oleh lahirnya sang bayi
d. Muncunya elemen ketakutan yang
sangat mendalam dan tidak disadari, kalau ia akan dipisahkan dari bayinya;
e. Takut kehilangan bayinya yang
sering muncul sejak masa kehamilan sampai waktu melahirkan bayinya. Ketakutan
ini bisa diperkuat oleh rasa-rasa berdoa atau bersalah.
Ketakutan mati yang sangat mendalam di kala melahirkan
bayinya itu disebut ketakutan primer; biasanya diberangi dengan
kekuatan-kekuatan superfisial (buatan, dibuat-buat) lainnya yang berkaitan
dengan kesulitan hidup, disebut sebagai kekuatan sekunder.
Kekutan primer dari wanita hamil itu bisa menjadi semakin
intensif, jika ibunya, suaminya dan semua orang yang bersimpati pada dirinya
ikut-ikutan menjadi panik dan resah memikirkan nasib keadaaanya. Oleh karena
itu, sikap mengartinya, karena bisa membrikan dan melindungi dari suami dan
ibunya itu sangat besar artinya, karena bisa memberikan support moril pada
setiap konflik batin, keresahan hati dan ketakuan, baik yang riil maupun yang
iriil sifatnya.
Segala macam ketakutan tadi menyebabkan timbulnya rasa-rasa
pesimistis dan beriklim “hawa kematian”. Namun dibalik semua ketakutan
tersebut, selalu saja terselip
harapan-harapan yang menyenangkan untuk bisa dengan segera dengan menimmang dan
membelai bayi kesayangan yang bakal lahir. Harapan ini menimbulkan rasa-rasa
optimistis, dan beriklim “hawa kehidupan”, spirit dan gairah hidup. Perasaan
positif ini biasanya dilandasi oleh pengetahuan intelektual, bahwa sebenarnya
memang tidak ada bahaya-bahaya riil pada masa kehamilan dan saat melahirkan
bayinya. Dan bahwa dirinya pasti selamat hidup (survive), sekalipun melalui
banyak kesakitan dan dera-derita lahir dan batin. Karena itu pada calon ibu-ibu
muda itu perlu ditempakan
v Kesiapan mental
menghadapai tugas menjadi hamil dan melahirkan bayinya
v Tanpa
konflik-konflik batin yang serius dan rasa ketakutan
Banyak wanita dan anak gadis pada usia jauh sebelum saat
kedewasaannya dihinggapi rasa takut mati, kalau nantinya dia melahirkan bayi.
Akibatnya, fungsi keibuannya menjadi korban dari ketakutan-ketakutan yang tidak
disadari ini (yhaitu akibat dari takut mati sewaktu melahirka itu). Mereka
kemudian menghidari perkawinan atau menghindari mempunyai anak.
DAFTAR PUSTAKA
http://bidankusmart.blogspot.com/2010/09/kegelisahan-dan-ketakutan-menjelang.html