Rabu, 29 Mei 2013

Resensi Novel 5 cm

Judul Film : 5 cm
Pemeran : Fedi Nuril, Herjunot Ali, Raline Shah, Igor Saykoji, Denny Sumargo, Pevita Pearce

Sutradara : Rizal Mantovani

Genre : Drama

Produser : Sunil Soraya

Produksi : Ram Soraya

Peresensi : Muhammad N. Hassan

Film “5 cm” adalah sebuah film terbaru karya Rizal Mantovani yang diadopsi dari sebuah novel best seller di tahun 2005 berjudul sama dengan karya Donny Dhirgantoto. Film “5 cm” ini diproduksi oleh Soraya Intercine dengan Sunil Soraya sebagai produser.

Film yang dibuat persis dengan novelnya ini mengangkat tema tentang persahabatan, petualangan, filosofi kehidupan dan nasionalisme. Mengisahkan jalinan persahabatan diantara 5 orang remaja; Genta (Fedi Nuril), Arial (Denny Sumargo), Zafran (Herjunot Ali), Riani (Raline Shah) dan Ian (Igor Saykoji) yang terikat dalam jalinan erat persahabatan.

Semua berawal dari mimpi. Apa yang Anda lakukan ketika punya mimpi? Keenam anak ini memilih menggantung mimpi 5 cm di depan mereka. Tidak terlalu dekat, agar bisa terus dilihat, dan bisa dibawa kemanapun pergi.

Kalau sudah begitu, mereka percaya inilah yang diperlukan: kaki untuk berjalan lebih jauh, tangan untuk berbuat lebih banyak, mata yang menatap lebih lama, leher yang lebih sering melihat ke atas, lapisan tekad yang seribu kali lebih keras dari baja, hati yang bekerja lebih keras, serta mulut yang selalu berdoa.

Genta yang memiliki sifat kepemimpinan naluriah, Zafran sang seniman yang hobi membuat puisi, sedangkan Arial tampan dan atletis namun tak berani mendekati serta didekati perempuan. Berbeda lagi dengan Ian yang bertubuh tambun, memuja Happy Salma, pemburu video porno, dan “kecanduan” makan mie instan. Sementara itu, Riani merupakan bidadari yang sangat mengerti sahabat-sahabatnya, si cantik ini kerap menjadi penengah, dan tak pernah alpa meminta kuah saat Ian menikmati mie instan.

Suatu ketika mereka berlima merasa “jenuh” dengan persahabatan sudah lama mereka bangun selama ini. Hingga pada suatu saat Genta ingin membuat gebrakan. Menyadari zona yang terlalu nyaman, ia meminta para sahabatnya tak berkomunikasi selama tiga bulan. Tujuannya cuma satu, yakni menghidupkan kembali ikatan persahabatnya dan mengejar mimpi-mimpi yang belum mereka gapai. Dan perpisahan itu menimbulkan rasa kerinduan tak tertahankan di antara mereka.

Tiga bulan berlalu saling menahan rindu, Genta pun menyiapkan kejutan yang ia janjikan akan menjadi pengalaman tak terlupakan seumur hidup bagi ia dan empat sahabatnya. Genta mengirimkan pesan untuk berkumpul di Stasiun Pasar Senen, pada 14 Agustus untuk merayakan pertemuan kembali dengan petualangan yang seru, sebuah perjalanan penuh impian dan tantangan, yaitu mendaki puncak tertinggi di Indonesia, Gunung Semeru. Pada perjalanan kali ini akan terungkap seluruh kisah cinta dan konflik di antara mereka berlima. Keharuan suasana persahabatan dan cinta mewarnai alur cerita di dalam film “5 Cm” ini.

Kelima sahabat itu, ditambah Dinda yang merengek ikut, akan melakukan perjalanan yang tak terlupakan sepanjang hidup. Setelah semalam berkereta ekonomi Matarmaja ke Malang, mereka masih harus melanjutkan dengan jeep terbuka ke Ranu Pane, pos pendakian pertama Gunung Semeru.

Keenam anak itu akan mendaki Mahameru, tanah di atas samudera awan, puncak tertinggi di Pulau Jawa. Targetnya, melaksanakan upacara 17 Agustus di sana. Awalnya memang ada keraguan, terutama Ian yang secara fisik sangat tak sesuai dengan para pendaki gunung.

Namun melihat keindahan Semeru yang terbentang di depan mata, mereka pun bertekad: menggantungkan mimpi menaklukkan gunung berapi aktif itu, 5 cm di hadapan mereka, dan terus bergerak meraihnya.

Maka dimulailah petualangan yang tidak mudah. Meski berjalan berjam-jam, kaki lecet, dan kehausan, mereka menikmatinya. Ranu Pane, Tanjakan Cinta, Kalimati, Ranu Kumbolo, sampai Arcopodo, perlahan mereka lewati. Apalagi, pendakian Mahameru bukan hanya perjalanan fisik, melainkan perjalanan hati. Begitu banyak hal yang mereka dapat dari perjalanan itu, terutama soal persahabatan dan mimpi.

Perjalanan selama tiga hari ke puncak tertinggi di Pulau Jawa itu pun membuka cerita yang tersimpan di diri lima anak muda ini. Tentang impian-impian yang mereka miliki, cita-cita yang mereka ingin capai, termasuk juga cinta. Sebuah perjalanan penuh perjuangan yang membuat mereka semakin mencintai Indonesia.


Pendakian itu merupakan simbol untuk melambangkan perjuangan menggapai mimpi. Semangat pantang menyerah membalut letih mereka. Maka, tepat pada tanggal 17 Agustus di puncak tertinggi Jawa, 5 sahabat; 2 cinta; sebuah mimpi mampu mengubah segalanya. Mereka akhirnya dapat menginjakkan kaki di atas bumi namun dekat dengan langit dan Sang Pencipta. Petualangan yang sangat membekas dan dapat menjadi pijakan bagi keenam sahabat untuk terus berjuang. Yaitu perjuangan atas impian, perjalanan hati yang merubah hidup mereka untuk selamanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar